Tuesday, June 08, 2010

Komet = Pandemik (wabah penyakit)


Beberapa waktu yang lalu penduduk Jakarta dikejutkan dengan hancurnya sebuah rumah akibat tertimpa debu komet yang melesat supercepat dari ruang angkasa. Tahukan Anda bahwa komet itu membawa bakteri?

Hal yang tidak disadari oleh tim forensik yang meneliti komet itu dan masyarakat luas adalah kenyataan bahwa debu meteor mungkin saja membawa bakteri. Dan apabila bakteri tersebut tidak di tangani dengan hati-hati, mungkin saja akan terjadi pandemik.

Apakah benar komet mengandung bakteri? Hasil penelitian Dr Wickramasinghe menyimpulkan, pada komet ditemukan material organik. Hal yang luar biasa, material organik pada komet bersifat biologikal. Artinya, di dalam debu kosmis, terdapat bakteri. Karena ada milyaran komet di dalam tatasurya kita, maka kemungkinan besar kehidupan dari ruang angkasa ditransportasi ke bumi melalui komet. Ia menyebutkan teorinya sebagai Teori Panspermia. Jika demikian halnya, maka ruang angkasa kita kemungkinan dipenuhi oleh kuman. Pertanyaannya apakah mungkin bakteri hidup di ruang angkasa?

Untuk membuktikan bahwa kehidupan sangat mungkin terjadi di ruang angkasa, DR. Charles Cockell, seorang ahli Microbiologist dari Open University, menyertakan berbagai mikroba yang dibawa melesat oleh roket yang menuju ruang angkasa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mikroba tersebut ternyata dapat survive dan tetap hidup di ruang angkasa. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan dapat terjadi di ruang angkasa.

Penelitian menarik lainnya dilakukan para peneliti Cina yang membawa berbagai benih buah-buahan ke ruang angkasa. Ternyata benih tersebut bukan saja survive berada di luar angkasa. Bahkan ketika benih tersebut dibawa kembali ke bumi dan ditanam dengan proses hidrophonik, hasilnya sangat mengejutkan. Benih buah labu yang dikirimkan ke ruang angkasa, kemudian dibawa kembali ke bumi dan ditanam kembali, telah menjadi benih sakti. Benih labu yang diproses dengan teknik hidrophonik itu tumbuh 400% persen lebih besar dan lebih berat dari labu biasa.

Apa makna dari penelitian ini? Pertama, benih yang berada di ruang angkasa ternyata dapat hidup. Hal ini menyimpulkan adanya sebuah lautan energi di ruang angkasa yang memberikan energi agar benih dan mikroba dapat hidup. Berati di luar angkasa ada energi kehidupan.

Kedua, benih yang mengalami “energy charge” dari lautan energi di ruang angkasa, ternyata menyimpan energi besar hingga dapat tumbuh menjadi empat kali lebih berat dan besar. Artinya, di ruang angkasa terdapat energi kehidupan yang luar biasa besarnya sehingga ada miliaran bakteri yang bertahan hidup, dan menunggu proses berevolusi apabila berada di planet bumi atau planet lainnya.

Kita mengetahui bahwa daya tahan bakteri sangat tinggi. Mengapa demikian? Apakah bakteri itu sebelumnya berada di luar angkasa dan telah mengalami “energy charge” yang besar sehingga ia menjadi sangat mampu beradaptasi untuk hidup di berbagai lingkungan?

Hal ini tidaklah aneh. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup dengan sangat lama dan berada dimana-mana. Bakteri terbukti berada dalam di dalam gunung api dan reaktor nuklir, pada radiasi nuklir bahkan cahaya infra merah. Bakteri bahkan bisa survive di ruang angkasa. Bakteri juga ditemukan di lapisan sedimen berkilometer dibawah laut bahkan di dalam samudera yang tidak ada cahaya samasekali sehingga tidak mengalami proses fotosintesa. Sebagaimana diketahui, kita diajarkan bahwa tanpa proses fotosintesa tidak akan ada kehidupan. Ternyata hal itu tidak berlaku untuk bakteri.

Bakteri bahkan dapat hidup di dalam komet yang sangat tinggi suhunya. Apa jadinya jika komet yang didalamnya mengandung milyaran bakteri itu menghantam bumi?

Bumi kita telah mengalami berbagai hantaman komet sehingga menghasilkan kataklismik besar. Banyak diantara komet yang menghantam bumi, kemudian tertutup oleh lapisan es yang sangat tebal. Demikian juga dengan debu kosmis yang begitu banyak tertimbun oleh lapisan es. Baru-baru ini telah ditemukan bakteria yan beku di berbagai lapisan es di Benua Antartika yang berumur lebih dari 10 juta tahun. Ternyata bakteri yang terbekukan itu masih hidup.

Jangan terkejut atau merasa aneh jika sejak beberapa tahun yang lalu ketika banayk es di kutub mencair, tidak berapa lama kemudian manusia di landa oleh berbagai pandemik seperti flu burung, flu babi dan berbagai pandemik lain.

Es di tudung Benua Arktik dan Antartik diperkirakan akan mencair lebih banyak lagi dan puncaknya diperkirakan akan terjadi pada tahun 2012. Apa yang terjadi jika es di Antartika meleleh? Bakteri atau kuman akan terbebaskan dari lingkungan es dan akan menyebar dengan cepat.

Kalau hal itu terjadi, Bumi akan mengalami pandemik global.

*) Richard Claproth adalah lulusan geologi ITB dan pakar ilmu bumi bergelar Ph.D dari University of Wollongong Australia. Pria yang menilai sains dan spiritualitas bisa selaras ini, juga penerima beasiswa dari UNESCO di International Institute for Research in Geothermal Science Pisa Italia.

Sumber : inilah.com
Pandemik (dari Yunani παν pan semua + δήμος demos orang) adalah epidemik penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, benua, atau bahkan di seluruh dunia.

Menurut World Health Organization (WHO), pandemik terjadi jika telah memenuhi tiga kondisi :
  • Munculnya penyakit baru pada penduduk
  • Menginfeksi manusia, menyebabkan penyakit berbahaya
  • Penyakit dapat menyebar dengan mudah diantara manusia
(http://id.wikipedia.org/)

Artikel lainnya :



No comments:

Post a Comment